Kontrol pH Rumen, Kontrol Performa Produksi

SP_A0167 Berapakah pH rumen yang optimal bagi pertumbuhan dan produksi?.. Kita kilas balik lagi ya, bakteri penghasil propionat adalah golongan bakteri pencerna zat pati, yang optimal hidup pada pH 5.5-6. Sedangkan bakteri penghasil asetat adalah golongan bakterti pencerna serat kasar/dinding sel, optimal hidup pada pH 6-6.8. Dan, logikanya menyebutkan, semakin banyak propionat, semakin banyak energi yang dihasillkan, dan seharusnya semakin baik pertumbuhan dan juga produksinya, dalam hal ini, bisa daging atau susu.
Sekarang, para pakar nutrisi ruminansia mengemukakan, kondisi pH rumen yang optimal adalah di kisaran 5.5-6, dimana bakteri penghasil propionat optimal tumbuh. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah pH rumen selalu statis di 5.5-6 ataukah bisa dinamis atau fluktuatif?.. Saya meyakini, dan sepertinya banyak bukti hasil penelitian menyebutkan, kondisi pH rumen itu dinamis, dan jika pola feed dan feedingnya berubah, pH rumen akan mengalami fluktuasi yang tinggi, dan itu tidak baik bagi produktifitas sapi.
Mungkinkah kontrol pH di dalam rumen bisa dilakukan?…Kenyataan yang terjadi, kontrol pH rumen itu gampang-gampang susah :). Ketika seorang peternak sapi, begitu bersemangat untuk meng-optimalkan tumbuhnya bakteri penghasil propionat, dia akan menambahkan zat pati dalam jumlah cukup tinggi ke dalam ransum atau formula pakan, tapi ternyata malah kebablasan, dan akhirnya pertumbuhan bakteri pencerna serat tertekan, pH rumen drop dibawah 5.5, beberapa bakteri yang sensitif akan tertekan, sapi terkena Acidosis, dan ujungnya sapi sakit dan produksi ikut drop.
Lantas, karena trauma dengan acidosis, peternak melakukan hal sebaliknya, zat pati dalam ransum dikurangi banyak, serat kasar mendominasi, sehingga aktivitas ensalivasi dalam mulut berlebih, akibatnya lebih banyak zat alkali masuk dalam rumen, pH rumen kemudian naik hingga diatas 6.8, bakteri penghasil propionat akan tertekan, sehingga produksi energi drop, produksi daging/susu juga jadi ikut terhambat. Serba salah ya.. :)
===============================================================
Kontrol pH rumen adalah bagian dari seni di industri feedlot dan dairy
===============================================================
Jadi, apa yang bisa kita lakukan?.. Saya punya beberapa ide, semoga juga ide saya ini tokcer :), sehingga pH rumen sapi anda bisa tetap balance
1. Atur ukuran potongan hijauan, apakah itu rumput gajah, tebon jagung dan jenis hijauan lain, pada posisi tidak terlalu kecil-kecil. Panjang 10-15 cm menurut saya paling ideal. Dari segi pemotongan juga lebih mudah, apalagi jika anda menggunakan mesin chopper. Hijauan yang panjang juga akan memacu ensalivasi yang cukup. Weits!!, kalau ensalivasi berlebihan, jadi ketosis dong??..Masuk ke ide selanjutnya
2. Imbangi hijauan anda dengan ketersediaan zat tepung/pati yang cukup di dalam ransum anda. Formulakan dengan tepat, sehingga bisa memenuhi kebutuhan energi untuk hidup pokok dan produksi. Lawan basa/alkali dengan produksi propionat yang bisa menurunkan pH, hasilnya pH rumen bisa mendekati optimal.
3. Pastikan ukuran partikel ransum anda cukup halus, tidak terlalu halus, tidak terlalu kasar, kalau saya sebutkan angka, maka ukurannya di 3 cm. JIka terlalu halus, frekuensi pencernaan karbohidrat olek bakteri akan lebih cepat, pH juga lebih cepat drop. Jika terlalu besar, banyak partikel pakan tidak termakan sapi. Jadi, yang sedang-sedang saja ukurannya :).
4, Yang terakhir, anda bisa menambahkan feed additive yang memiliki sifat buffering dalam ransum. Jika anda masih ingat pelajaran kimia sewaktu SMA, buffering adalah semacam zat yang memiliki sifat menjaga keseimbangan pH. Jika pakan anda mengandung karbohidrat tinggi, gunakan feed additive seperti kapur (calcium carbonate) atau soda kue (sodium bicarbonate) yang memiliki sifat alkali. Dosis kapur, 50-100 gr/ekor/hari atau soda kue 100-200 gr/ekor/hari sudah cukup. Jika pakan anda cenderung meninggikan pH, jangan ditambah acidifier ya, cukup tambahkan pakan kaya zat tepung agar bakteri penghasil propionat ter-stimulus untuk tumbuh.
Sekali lagi, pH rumen sangat menentukan kesehatan dan produktifitas sapi. Kontrol fluktuasi pH rumen yang terjadi, dengan segala cara, by all means, agar performa produksi sapi anda tetap terjaga.

Gambar : dokumen pribadi

Proporsi dan Utilisasi VFA dalam Tubuh Sapi

SP_A0167 Sebelumnya, saya menjelaskan VFA (Volatile Fatty Acid) adalah produk dari metabolisme karbohidrat di dalam rumen yang dibantu oleh mikroba tertentu. Dan setidaknya ada empat jenis VFA, yaitu asetat, propionat, butirat dan laktat. Bagaimana proporsinya di dalam rumen?..Teori pada umumnya menyebutkan, proporsinya dalam setiap produksi VFA dalam rumen terdiri dari 55-70% asetat, 15-30% propionat, sisanya 5-15% berupa butirat dan laktat.
Menariknya, rasio jumlah asetat dan propionat di dalam rumen, adalah refleksi dari pola fermentasi yang terjadi di dalam rumen. Optimal tidaknya proses fermentasi, dilihat dari rasio asetat dan propionat (A:P) ini. Ada teori yang menyebutkan,  rasio optimalnya antara 1-2.2.
Pertanyaannya, golongan VFA mana yang dimanfaatkan atau di-utilisasi oleh ternak untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP?.. Apakah semua?..yang saya ketahui dan dapat dari beberapa literatur, yang di-utilisasi oleh ternak sapi hanya dua yaitu asam asetat dan asam propionat. Anda perhatikan ya gambar di bawah ini :
asetat propionat metabolik
Anda lihat, golongan VFA yang di-metabolisme-kan menjadi glukosa adalah propionat, artinya propionat-lah yang menjadi bintang utama dalam epsiode produksi energi dalam tubuh ternak.. Anda ingat? Glukosa adalah golongan karbohidrat monosakarida yang “paling siap” dirubah menjadi bentuk energi. Makin banyak propionat, maka makin banyak glukosa, dan makin banyak energi yang dihasilkan, dan seharusnya makin sehat dan produktif ternak anda.
Bagaimana dengan asetat?..Asetat juga di-metabolisme-kan menjadi energi, hanya jumlahnya masih lebih kecil dibandingkan dengan propionat. Selain itu, asetat juga akan di-konversi menjadi asam lemak untuk kebutuhan sintesa lemak (lipid) di dalam tubuh.
Dan bagaimana dengan butirat dan laktat?..Sejauh ini saya juga masih belum tahu persis digunakan untuk apa laktat dan butirat yang dihasilkan dalam rumen, mungkin anda ada yang lebih tahu dari saya?…Share ya jika ada informasinya :).
Bagaimana, jadi paham atau pusing nih? :), saya kira cukup segitu aja ya bahasan tentang proporsi dan utilisasi VFA dalam tubuh sapi. Sedikit aja dulu, kalau banyak-banyak, saya juga ikutan pusing, hehe..
Gambar : dokumen pribadi



                  

Metabolisme Karbohidrat dalam Rumen

SP_A0114 Untuk mendapatkan performa sapi yang bagus, body gemuk dan sehat, produksi susu banyak, kualitas susu dan daging premium, imunitas baik alias sapi tahan penyakit, dan keuntungan usaha ternak meningkat, maka kita harus memperhatikan dan mempelajari proses metabolik dalam rumen, salah satunya adalah metabolisme karbohidrat. Kenapa demikian?..Karena dari rumen-lah semua berawal, dari rumen-lah semua substrat diproses untuk dijadikan daging dan susu, dan dari karbohidrat-lah, substrat sumber energi utama bagi sapi, dan juga sumber energi bagi mikroba dalam rumen.
Coba anda cek ke situs Wikipedia, disana dijelaskan karbohidrat terbagi atas monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida, anda bisa cek sendiri bagaimana selengkapnya. Nah, untuk tema metabolisme ini, saya akan lebih menyederhanakan lagi klasifikasi karbohidrat, menjadi dua, yaitu 1) isi sel seperti zat pati dan gula, dan 2) dinding sel seperti selulosa hemiselulosa, lignin dan pektin. Kedua komponen karbohidrat ini memiliki daya cerna yang berbeda, dan output metabolik yang berbeda di dalam rumen. Zat pati memiliki nilai kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan selulosa, ini kaitannya dengan tipe ikatan molekulnya, ikatan molekul pada pati lebih rapuh dibandingkan dengan selulosa atau hemiselulosa, sehingga lebih kecernaannya lebih tinggi. Demikian sebaliknya.
Ketika ternak makan, dan karbohidrat masuk ke dalam rumen, maka karbohirat akan “di-konversikan” oleh mikroba rumen melalui proses biokimiawi menjadi asam lemak terbang atau VFA (Volatile Fatty Acids). VFA inilah yang didalam siklus Krebs atau metabolisme, akan dirubah menjadi energi dalam bentuk ATP.
VFA juga terdiri dari beberapa jenis, antara lain asetat, propionat, butirat dan laktat. Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, asal komponen karbohidrat yang berbeda, efek terhadap pH rumen dan potensi nilai energi yang berbeda. Untuk asetat dan butirat, dihasilkan dari metabolisme serat kasar seperti selulosa dan hemiselulosa, kalau lignin, sementara saya belum mengetahui lignin bisa di-konversi bakteri rumen menjadi VFA. Sedangkan propionat dan laktat dihasilkan dari metabolisme zat pati atau gula sukrosa. Agar lebih mudah memahaminya, perhatikan tabel di bawah ini.
Kelompok
Substrat
VFA yang dihasilkan
pH
Isi sel selulosa, hemiselulosa asetat
butirat
6,2-6,8
Dinding sel zat pati,
gula
propionat
laktat
5,5-6,0
Lebih lengkap lagi mengenai metabolisme karbohidrat akan saya jelaskan lagi di artikel selanjutnya, saya akan coba menjabarkan lebih lengkap tentang VFA, utilisasinya di dalam tubuh ternak dan dampaknya terhadap performa ternak. Gitu ya :)

Gambar ilustrasi : dokumen pribadi

Kontrol Pakan, Kontrol Biaya

cost-control-74Semua jenis usaha, pasti memikirkan bagaimana agar biaya usaha yang dikeluarkan seminim mungkin, dan laba yang didapat sebesar mungkin. Anda perhatikan, urutan pertama sebelum laba adalah biaya usaha. Artinya, rangking satu yang diutamakan adalah menekan biaya usaha. Dan jamak diketahui, bahwa didalam usaha peternakan sapi potong/sapi perah, biaya pakan meliputi 60-70% total biaya usaha. Oleh karena itu, untuk mengontrol biaya usaha, anda harus mengontrol 60-70% berupa biaya pakan.
Bagaimana caranya ?…
Langkah pertama, adalah Kontrol formulasi pakan yang anda buat, anda harus mem-formulasikan pakan sapi dengan nilai se-murah mungkin dan tentunya harus sebaik mungkin. Kalau anda seorang pemula di bidang usaha peternakan sapi, anda bisa belajar formulasi dengan membaca buku tentang formulasi pakan atau mengikuti training yang biasanya diadakan di kampus-kampus seperti IPB, UGM dan UB Malang.
Langkah kedua. Kontrol feeding ternak anda. Artinya ketika di lapang, anda harus memberikan jumlah pakan sesuai dengan kebutuhan ternak anda, jangan berlebih karena berarti lost, banyak pakan tidak termakan ternak. Dan juga jangan sampai kekurangan, karena berdampak pada weight gain atau produksi ternak anda, ternak kurang gemuk atau susu yang dihasilkan rendah, ujungnya juga lost. Sebagai gambaran, umumnya di teori pakan ternak, nilai kebutuhan pakan ternak dalam bentuk as fed adalah 10% dari bobot hidup. Yang selanjutnya proporsinya terbagi 30-40% konsentrat dan 60-70% hijauan segar.
Jika anda disiplin mengontrol biaya pakan yang anda keluarkan, maka minimal operasional usaha anda akan lebih ringan, dan laba usaha bisa semakin meningkat.
Terima kasih dan semoga bermanfaat :).

Menghemat ongkos obat ? Bikin salep antibiotik

hemat Sebenarnya tips ini sudah banyak dilakukan oleh peternak-peternak di berbagai daerah. Tips ini saya share bagi yang belum mengetahui saja, kalau sudah tahu dan bahkan punya tips lain, silahkan bantu share juga di blog ini ya :).
Bagaimana langkahnya?..
1. Siapkan obat luar/injeksi yang biasa anda gunakan, kalau saya biasa menggunakan obat injeksi oxytetracyclin dan obat semprot Gusanex.
2. Siapkan vaselin, bisa dibeli di apotek. 200 gram sudah cukup
3. Campurkan oxytetracyclin 50 cc dan 2 semprot Gusanex ke 200 gr vaselin tadi, kemudian aduk hingga merata.
4. Salep antibiotik sudah siap digunakan.
Dengan salep antibiotik ini, anda bisa super irit jika mengobat luka/borok berbelatung pada bagian manapun di ternak. Bandingkan jika anda harus menyuntik obat sesuai dosis yang tertera, yakin beda jauh ongkosnya. Bahkan salep ini bisa digunakan untuk mengobati hewan piaraan (pet) yang lain. Sangat praktis, mudah dan super murah.
Selamat mencoba :)
Gambar ilustrasi : http://collegecredittips.com/wp-content/uploads/2012/04/51.jpg
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...